Powered by Blogger

Subscribe to
Posts [Atom]


Monday, September 15, 2008

Essai Rune Tahun Kelima - 1976/1977 - Jessica Shoemaker

Essay Runecasting “Thor’s Hammer”

by
Jessica Shoemaker
5th Grade Slytherin
1976-1977


–Aku



Aku menemukan Laguz, terjatuh sempurna tanpa terbalik atau tertelungkup, menjawab pertanyaan pertama yang kuucapkan. Well –jadi, aku hanya tampak sebagai seorang gadis yang penuh misteri. Aku seorang penyendiri, menutup diri dari dunia luar. Tidak mudah berbaur, dan selalu menjaga jarak dari orang lain. Ada yang tidak diketahui, ada yang kusembunyikan dari dalam diriku. Dan… Itulah yang orang lain lihat saat berada didepanku.

Hagalaz jatuh tertelungkup. Rasa sakit dan kehilangan, kedua hal itu langsung terlintas dibenakku. Menjawab ‘apa-ketakutan-yang-aku-miliki-?’ Kehilangan orang tersayang merupakan ketakutan terbesarku. Aku takut, aku tidak akan mampu bertahan hidup jika sampai kehilangannya. Itu membuahkan rasa sakit yang berkepanjangan, entah kapan bisa sembuh.

Mencari jati diriku, siapa sebenarnya aku? Kebenaran dan mencari tahu apa yang selama ini tersembunyi. Perthro memberiku pertanda itu. Jati diri dan kebenaran, aku akan mencari tahu. Bagaimana? Aku menggeser Uruz menjadi sejajar tegak lurus dengan Laguzku tadi. Tindakan, keberanian dan pengetahuanlah jawabannya. Usaha dan kerja keras. Itu intinya. Well, ada Ingwaz, itu harapanku. Menjadi seseorang yang lebih manusiawi, dimana kadar perhatian terhadap sesama –bertambah. Begitukah? Seperti kepingan berukir Laguz, namun kali ini jatuh tertelungkup. Namun itu tidak mungkin, hanya ada satu Laguz dalam satu kantung yang kupegang ini. Itu Tiwaz, sekilas tadi mirip Laguz. Ya, tertelungkup. Sesuatu yang menghalangi jalanku adalah, perasaan mudah menyerah yang terlalu berlebihan. Sikap takut menghadapi kegagalan dan sulitnya menjalin sebuah komunikasi, sedangkan komunikasi adalah pembuka jalan. Dan itu yang menghalangi jalanku. Menemukan Eihwaz, membawa tujuan akhirku pada sebuah pencerahan. Pencerahan untuk menyingkap sesuatu yang tidak terucapkan. Bukankah itu baik? Untuk menemukannya, Nauthiz memberitahuku caranya… Hadapi ketakutanmu sendiri. Perasaan ‘mudah-menyerah’ yang aku sebut sebagai sebuah ketakutan. Kekuatan dari keinginan untuk ‘tidak-takut’. Itulah kuncinya. Dan terakhir, satu kepingan tersisa… Kenaz. Simbol akan sebuah harapan. Aku adalah cahaya –api, kekuatan untuk menciptakan takdirku sendiri. Akan selalu ada cahaya petunjuk, aku akan selalu bisa menemukan jalan keluar, karena aku adalah cahaya itu.

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home

layout by :
-mYu-
(c) 2008